Kegamangan Strategi Kampanye Caleg Pemula
website untuk caleg - Tulisan ini terpenting diperuntukkan buat beberapa caleg (calon anggota legislatif) yang baru pertama-tama bertanding di arena Pemilu. Karena itu, lepas dari umur serta pengalaman hidupnya termasuk juga jabatan serta gelarnya di bagian kompetensinya, ia dimaksud "Caleg Pemula". Untuk setelah itu disingkat "CP" saja dalam tulisan ini.
Motivasi Masuk Politik Praktis
Beberapa CP ini biasanya masuk ke dunia politik praktis dilatari bermacam argumen. Argumen sangat naïf ialah mencari pendapatan, ini terpenting sekali buat beberapa CP yang masih tetap berumur muda serta belumlah miliki pengalaman mencukupi. Ada diantara mereka yang disebut anak atau keponakan dari tokoh politik di parpol (partai politik) spesifik, hingga dimasukkan demikian saja dalam DCT (Daftar Caleg Masih). Tentunya semua prosedur serta kriteria dipenuhi, tetapi sebetulnya motivasi serta pengalaman berpolitik mereka yang menjadi pertanyaan.
Ada juga yang berpolitik untuk isi waktu tua, ini terpenting buat CP yang telah pensiun atau purnawira. Karena masih tetap terasa dapat berkarya, karena itu mendaftarlah mereka menjadi caleg. Ada juga yang karena dibawa rekan atau kerabat. Atau ‘terpaksa’ karena keadaan kehidupan pribadinya.
Ini pasti tidak pedulikan argumen diplomatis serta berkesan idealis seperti mengabdi pada bangsa, memberi kapasitas buat negara, atau melayani rakyat. Ada pula yang terasa ‘terpanggil’ karena lihat kondisi di negara ini.
Namun, butuh dilihat jika ada pula diantara beberapa CP ialah bekas aktivis, baik sosial-kemasyarakatan atau kemahasiswaan. Ada pula yang entrepreneur. Mereka baru masuk ke arena politik praktis menjadi CP pasti karena beberapa perhitungan masak. Sebetulnya mereka telah lama tertarik pada dunia ini, akan tetapi menanti waktu yang pas. Apapun motivasinya, tidak semua CP ini miliki rujukan mencukupi tentang dunia politik praktis serta langkah memenangkannya.
Taktik Kuno, Jadinya Amburadul
Umumnya caleg masih tetap menggunakan taktik komunikasi kuno alias “jaman dulu”. Mereka seperti “melempar batu sembunyi tangan”, dari jauh saja. Berarti langkah berkampanye beberapa CP ini masih tetap memercayakan komunikasi gadungan.
Mengapa saya ucap demikian?
Lihatlah demikian jumlahnya poster, bendera, serta banner beberapa caleg bertebaran. Adakah muka yang kita telah kenal? Hampir tentu tidak ada. Beberapa caleg yang telah memiliki pengalaman ditambah lagi incumbent atau masih tetap duduk di bangku legislatif jarang berkomunikasi lewat cara semacam itu. Itu karena mereka sudah mengetahui bagaimanakah cara tembus kantong-kantong pemilih.
Sesaat CP, membuang-buang uang untuk bikin bermacam merchandise yang sebetulnya akan tidak membuat pemilih tertarik. Pemilih mungkin saja menerimanya untuk sekedar koleksi atau untuk digunakan keseharian, terpenting jika memiliki bentuk kaos atau topi. Tetapi apa pada 9 April 2014 kelak mereka akan mencoblos nama CP? Belumlah pasti. Atau jika ingin tegas, saya akan katakan: hampir tentu tidak.
Banyak pula caleg yang kecele dengan team kesuksesan sendiri. Mereka menduga beberapa orang yang mengitarinya itu setia. Walau sebenarnya, bisa saja mereka ialah ‘orang yang ditanam’ caleg lainnya atau partai politik lainnya. Telah demikian, biasanya anggota timses pintar membuai. Atau jika bhs kasarnya: menjilat. Mereka akan menyampaikan apa supaya sang CP suka. Karena untuk CP hampir tidak mungkin saja lakukan survey seperti dikerjakan oleh beberapa calon presiden, karena itu yang ada ialah laporan-laporan ABS/AIS (Asal Ayah/Ibu Suka) saja.
Jika timses baru dibuat mendekati Pemilu, hampir juga bakal susah lakukan pengaturan. Sesaat beberapa caleg lama, telah semenjak 3-4 tahun lantas membuat timses. Beberapa rekan saya yang politisi kawakan bahkan juga telah membuat timses semenjak Pemilu 2009. Jika telah duduk di dewan, timses utama mereka umumnya masih. Tinggal susunan di bawahnya yang dapat dicarikan dari relawan.
Taktik kuno hampir dapat diyakinkan akan amburadul. Ditambah lagi sekarang ada aksi tegas dari pemerintah, KPU serta Bawaslu untuk melarang kampanye terselubung. Karena waktu kampanye memang baru akan diawali 16 Maret 2014. Karena itu, terjadi razia beberapa atribut kampanye yang membuat beberapa caleg terpenting CP cemas serta bingung.
Taktik Pas, Kepopuleran Melesat
Sebetulnya, inti dari taktik komunikasi kampanye politik hanya ada dua: pencitraan serta penggalangan. Saya akan ulas satu per satu.
Pencitraan dikerjakan lewat beberapa medium. Dalam dunia periklanan, umum diketahui ada posisi ATL (Above The Line) serta BTL (Below The Line). Sederhananya, ATL itu iklan memiliki biaya mahal yang tidak langsung bersentuhan dengan customer atau tujuan market. Sesaat BTL demikian sebaliknya.
Nah, caleg itu sebetulnya brand alias merk, persisnya personal brand. Ia mesti dikelola profesional seperti brand produk dari perusahaan produsen. Pencitraan caleg juga dapat dikerjakan dengan dua pilihan barusan. Tetapi sebetulnya yang lebih terpenting ialah aktivasi brand. Berarti, brand yang telah ada mesti dikenalkan pada audience yang diinginkan jadi potential market.
Karena audience caleg ialah pemilih, karena itu mesti dipetakan dahulu segmentasinya. Dalam daerah penentuan (Dapil) caleg berkaitan, formasi pemilih mesti di ketahui. Demikian juga peta pertandingan dengan caleg lainnya terpenting incumbent. Sama dengan brand produk komersial, brand caleg tidak dapat diperuntukkan pada semua susunan segmen tujuan market. Caleg yang popularitasnya rendah akan percuma jika memakai aliran ATL yang mahal. Lebih baik memakai aliran BTL supaya bisa langsung bersentuhan dengan customer.
Diluar itu, pencitraan mesti dikerjakan terpenting lewat media. Apabila dana tidak memenuhi untuk media tradisionil seperti media bikin serta tv yang mahal, karena itu dapat dikerjakan lewat social mediayang lebih dapat dijangkau. Namun juga tidak dapat asal-asalan, karena nanti berkesan gampangan.
Untuk penggalangan juga dibutuhkan terjun langsung ke lapangan. Tetapi akan susah buat CP yang benar-benar belumlah diketahui atau tingkat popularitasnya rendah. Ini tidak gampang, karena masuk ke beberapa susunan penduduk kurun waktu singkat untuk Dapil yang luas butuh taktik sendiri. Tidak semua caleg serta semua partai politik gampang di terima. Contohnya jika dalam Pemilu lantas satu kelurahan sebagian besar pilih partai politik A contohnya, akan susah caleg partai politik lainnya masuk kesana. Terkecuali, tentunya dengan taktik penggalangan spesial.
Langkah sangat pas ialah memakai layanan konsultan. Mengapa demikian? Karena mereka pakar di bidangnya. Jasanya memang berkesan mahal, tetapi sebetulnya akan merasa murah jika maksudnya terwujud. Apakah sich arah caleg? Dipilih serta dilantik menjadi anggota legislatif kan? Amat sedikit konsultan yang berani menggaransi hal seperti ini. Tetapi pasti sangat bergantung keadaan sang caleg sendiri. Jika contohnya caleg berkaitan berkesan arogan, sedikit susah dipoles. Tetapi jika diri sang caleg menjadi produk telah bagus, karena itu brand-nya tinggal dikomunikasikan. Serta tentu saja akan berbuntut pada keberhasilan.
Waktu sangatlah mepet. Saat ini waktunya merubah taktik. Belumlah terlambat, asal cepat. Dengan taktik pas, ditanggung kepopuleran melejit.
0 komentar: